,ISTANBUL — Perdana Menteri Turki Jumat (5/7) mengecam intervensi militer di Mesir yang menggulingkan Presiden dari kelompok Islamis Mohamed Morsi sebagai musuh demokrasi, dan mengecam Barat karena tidak menyebut penggulingan itu sebagai kudeta.
Merujuk pada sejarah kudeta negaranya, Recep Tayyip Erdogan memperingatkan bahwa tindakan militer semacam itu membawa akibat berat. "Kudeta itu jahat. Kudeta mengorbankan rakyat, masa depan, dan demokrasi. Saya ingin ini diungkapkan oleh semua orang dengan keberanian. Saya terkejut dengan sikap Barat. Parlemen Eropa mengabaikan nilai-nilainya sendiri dengan tidak menyebut intervensi militer di Mesir sebagai kudeta. Ini adalah tes ketulusan dan Barat telah gagal,” ujarnya.
Baik pemerintahan Uni Eropa di Brussels dan Washington sejauh ini menahan diri dan tidak menyebut penggulingan Morsi sebagai kudeta.
Tapi sekutu-sekutu regional penting Ankara tampaknya juga mengambil pendekatan yang hati-hati. Arab Saudi dan Qatar mengucapkan selamat kepada Presiden Mesir sementara yang baru diangkat Adly Mansour.
Para pengamat mengatakan ada implikasi diplomatik yang signifikan bagi Turki dengan tergulingnya Presiden Mesir. Menurut kolumnis diplomatik Kadri Gursel dari harian Turki Milliyet, Erdogan melihat akar Islamis Morsi yang kuat sebagai investasi yang baik secara politik, memberi kedua negara pengaruh diplomatik yang lebih luas di seluruh kawasan.
"Tergulingnya Morsi akan memberi dampak psikologis yang berat pada pemerintah Turki. Apa yang disebut kebijaksanaan besar dalam membangun tatanan regional baru dengan rezim-rezim Islam pasca pergolakan Arab, terutama Mesir, Tunisia, Libya, dan dalam hal ini masa depan Suriah, juga dilihat sebagai faktor penentu. Jadi tatanan baru regional, kecuali pelaku asing di kawasan, semua ini, sudah hilang,” ujarnya.
Rencana Perdana Menteri Erdogan melakukan perjalanan kontroversial ke Jalur Gaza yang dikuasai Islamis juga mungkin terancam. Kunjungan ini telah berulang kali tertunda karena kekhawatiran Washington, Tel Aviv dan Palestina.
Gursel mengatakan dengan tersingkirnya Presiden Morsi sama saja menghancurkan harapan bagi kunjungan Erdogan ke Gaza. "Erdogan tidak akan pergi ke Gaza dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Karena dengan kondisi ini ia tidak bisa pergi ke Gaza melalui Gerbang Rafa. Tidak akan ada sambutan baginya di Mesir. Dia tidak bisa pergi ke Mesir yang dikuasai militer. Itu mustahil,” ujarnya.
Rencana Perdana Menteri Erdogan melakukan perjalanan kontroversial ke Jalur Gaza yang dikuasai Islamis juga mungkin terancam. Kunjungan ini telah berulang kali tertunda karena kekhawatiran Washington, Tel Aviv dan Palestina.
Gursel mengatakan dengan tersingkirnya Presiden Morsi sama saja menghancurkan harapan bagi kunjungan Erdogan ke Gaza. "Erdogan tidak akan pergi ke Gaza dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Karena dengan kondisi ini ia tidak bisa pergi ke Gaza melalui Gerbang Rafa. Tidak akan ada sambutan baginya di Mesir. Dia tidak bisa pergi ke Mesir yang dikuasai militer. Itu mustahil,” ujarnya.
COREPUBLIKA.CO.ID
0 comments:
Posting Komentar