Partai politik yang mengajukan artis sebagai Bacaleg saat ini dinilai bak bujang lapuk. Tak punya uang dan pesona, artis digaet menjadi pendongkrak popularitas.
"Partai kita partai bujang lapuk, enggak punya duit, kehilangan pesona, maka menggaaet artis untuk mendongkrak popularitas. Boleh saja, tapi apa kontribusi untuk peradaban?" kata Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens dalam diskusi bertajuk "Ranking Parpol Berdasarkan Bedah Kualitas Caleg 2014", di Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (5/5/2013).
Menurut Boni lagi, sikap partai yang menyeret artis untuk bergabung menjadi bacaleg merupakan wujud partai yang ingin menempuh cara instan di pertarungan 2014. Meski diakuinya hal itu tidak dilarang secara hukum.
Namun, kata dia, yang menjadi persoalan adalah kompetensi bacaleg artis itu di kancah politik. Hal ini karena paradigma artis adalah seorang entertainer, dan perlu upaya serius untuk mengubah paradigma tersebut saat benar-benar terjun ke dunia politik.
Selain itu, tutur Boni, masalah lain dari banyaknya artis yang maju menjadi bacaleg adalah syarat administrasi yang tidak terpenuhi. Ia mengambil contoh mengenai jenjang pendidikan para artis yang dianggapnya tidak transparan.
"Data kita, latar belakang pendidikan (artis) tidak jelas. Paling hanya (untuk) mendulang suara, biasa main sinetron kok berpolitik," ujarnya.
Sebagai informasi tambahan, LPI mencatat ada delapan artis dari sejumlah partai yang saat ini duduk di parlemen. Adapun untuk 2014, sekitar tujuh artis maju sebagai bacaleg dari partai berbeda.
0 comments:
Posting Komentar