Anggota Komisi VII DPR RI dari PKS Rofi’ Munawar mengatakan Pemerintah membiarkan masyarakat terombang-ambing dalam ketidakpastian, wacana kenaikan BBM telah membuat keresahan sosial dan membuat akivitas ekonomi masyarakat terganggu.
"Situasi ini menunjukkan bahwa Pemerintah kurang baik dalam melakukan antisipasi dan perencanaan pengelolaan BBM bersubsidi," kata Rofi dalam keterangannya, Jumat (3/5/2013).
Rencana penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi belum pasti direalisasi awal Mei ini menyusul pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahwa harga BBM baru akan dinaikkan setelah dana kompensasi siap, adapun realisasi kompensasi setelah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2013 disetujui oleh DPR.
Rofi menambahkan, sebenarnya saat ini pasar butuh kepastian, masyarakat butuh psikologis daya beli yang baik dan pertumbuhan ekonomi harus terus berjalan dengan supply energi yang sifatnya berkelanjutan dan terbarukan. Namun kenyataan itu selalu tidak pernah disadari dengan baik oleh Pemerintah, sehingga bertahun-tahun menjadikan BBM sebagai komoditas tanpa memikirkan pilihan energi alternatif yang lain. Sehingga ketika subsidi BBM menjadi besar karena pengelolaan energi yang buruk, justru masyarakat yang harus menanggung bebannya langsung.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis laju inflasi pada April 2013 tercatat sebesar - 0,1% month-to-month (mom) atau 5,57% year-on-year. Diyakini jika BBM jadi dinaikan oleh Pemerintah maka akan mengerek inflasi ke angka yang lebih tinggi lagi, mengingat kenaikan tersebut akan berpengaruh langsung kepada harga beragam komoditas pokok masyarakat.
“Kenaikan BBM akan memberatkan masyarakat kecil, karena beragam komoditas akan ikut naik secara bersamaan. Perencanaan pemerintah terkait kebijakan BBM bersubsidi sangat lemah, sehingga rakyat dibebankan,” kata Rofi’.
"Situasi ini menunjukkan bahwa Pemerintah kurang baik dalam melakukan antisipasi dan perencanaan pengelolaan BBM bersubsidi," kata Rofi dalam keterangannya, Jumat (3/5/2013).
Rencana penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi belum pasti direalisasi awal Mei ini menyusul pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahwa harga BBM baru akan dinaikkan setelah dana kompensasi siap, adapun realisasi kompensasi setelah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2013 disetujui oleh DPR.
Rofi menambahkan, sebenarnya saat ini pasar butuh kepastian, masyarakat butuh psikologis daya beli yang baik dan pertumbuhan ekonomi harus terus berjalan dengan supply energi yang sifatnya berkelanjutan dan terbarukan. Namun kenyataan itu selalu tidak pernah disadari dengan baik oleh Pemerintah, sehingga bertahun-tahun menjadikan BBM sebagai komoditas tanpa memikirkan pilihan energi alternatif yang lain. Sehingga ketika subsidi BBM menjadi besar karena pengelolaan energi yang buruk, justru masyarakat yang harus menanggung bebannya langsung.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis laju inflasi pada April 2013 tercatat sebesar - 0,1% month-to-month (mom) atau 5,57% year-on-year. Diyakini jika BBM jadi dinaikan oleh Pemerintah maka akan mengerek inflasi ke angka yang lebih tinggi lagi, mengingat kenaikan tersebut akan berpengaruh langsung kepada harga beragam komoditas pokok masyarakat.
“Kenaikan BBM akan memberatkan masyarakat kecil, karena beragam komoditas akan ikut naik secara bersamaan. Perencanaan pemerintah terkait kebijakan BBM bersubsidi sangat lemah, sehingga rakyat dibebankan,” kata Rofi’.
0 comments:
Posting Komentar