Pemberitaan mengenai Mesir yang seolah sedang kacau di kebanyakan media akhir-akhir ini menyesatkan masyarakat banyak, sumber yang dekat dengan kepresidenan mengatakan kepada Mi'raj News Agency (MINA), Jum'at (3/5).
"Kebanyakan pemberitaan tentang 'kekacaun' Mesir menyesatkan, karena bisa Anda bayangkan, jika Anda berdiri di depan rumah Anda sendiri. Lalu sekelompok orang datang. Kemudian anda tewas. Lalu justru Anda sendirilah yang dituduh-tuduh sebagai pelaku kejahatan oleh media," kata sumber yang minta tidak disebutkan namanya itu.
Sumber yang sudah mengenal Mursi sejak 15 tahun yang lalu itu mengatakan media Mesir pada umumnya dibagi menjadi dua, pertama, media independen yang dimiliki swasta dan kedua media yang masih berafiliasi dengan mantan presiden Mesir Mubarak yang digulingkan. media kedua inilah yang menurutnya mendominasi perusahaan media Mesir.
Menurut sumber itu, dirinya menyaksikan Mubarak memilih sendiri 43 pegawai media yang sampai saat ini masih bekerja di media-media.
Sumber tersebut menambahkan media-media Mesir lebih banyak memberitakan kerusuhan-kerusuhan anti-Mursi daripada hal positif yang pemerintah lakukan.
"Mereka sedikit sekali memberitakan hal positif tentang pemerintah Mesir saat ini. Namun apabila terjadi peristiwa demo anti Mursi, di depan istana atau kantor pusat ikhwanul muslimin, mereka terus saja memberitakannya, seolah ini adalah berita besar. Ketika jatuh korban tewas dari anggota ikhwanul Muslimin, mereka sama sekali tidak memberitaknnya," katanya.
Terkait dengan protes anti Mursi, sumber tersebut mengungkapkan kerusuhan didalangi oposisi yang merekrut para tunawisma dan yatim yang tidak terlalu mengerti tentang arah kebijakan Mursi.
"Oposisi memanfaatkan mereka untuk ikut dalam aksi demo, dan bahkan saya mendapatkan info, mereka mendapatkan bayaran untuk itu," yakinnya.
Sumber tersebut mengatakan kerusuhan yang hanya sebagian kecil itu dibesar-besarkan media, sehingga masyarakat di seluruh dunia menganggap Mesir sedang berada di 'ujung revolusi' lagi.
"Mungkin sekitar 10.000 orang yang berdemo ini sangat kecil jika dibandingkan dengan 84 juta warga Mesir yang bukan oposisi dan damai-damai saja," katanya.
Pernyataan itu didukung oleh Penelitian Pusat Media dan Pembelajaran Opini Publik Mesir yang menemukan 62 persen hasil peliputan media mengenai Presiden Mursi itu tidak memiliki standar profesional serta tidak ada landasan objektivitas yang mendasar.
Penelitian menyebutkan, ada sejumlah 176.000 produk pers dan 2.180 jam siaran televisi yang diteliti oleh tim yang ahli dalam pencitraan media. Studi itu mengungkapkan, ada satu pendekatan dominan yang dilakukan media Mesir swasta dalam memberitakan Presiden Mursi, yaitu adanya kebijakan mereka membuat citra negatif presiden melalui saluran tv, situs website dan surat kabar.(mina)
"Kebanyakan pemberitaan tentang 'kekacaun' Mesir menyesatkan, karena bisa Anda bayangkan, jika Anda berdiri di depan rumah Anda sendiri. Lalu sekelompok orang datang. Kemudian anda tewas. Lalu justru Anda sendirilah yang dituduh-tuduh sebagai pelaku kejahatan oleh media," kata sumber yang minta tidak disebutkan namanya itu.
Sumber yang sudah mengenal Mursi sejak 15 tahun yang lalu itu mengatakan media Mesir pada umumnya dibagi menjadi dua, pertama, media independen yang dimiliki swasta dan kedua media yang masih berafiliasi dengan mantan presiden Mesir Mubarak yang digulingkan. media kedua inilah yang menurutnya mendominasi perusahaan media Mesir.
Menurut sumber itu, dirinya menyaksikan Mubarak memilih sendiri 43 pegawai media yang sampai saat ini masih bekerja di media-media.
Sumber tersebut menambahkan media-media Mesir lebih banyak memberitakan kerusuhan-kerusuhan anti-Mursi daripada hal positif yang pemerintah lakukan.
"Mereka sedikit sekali memberitakan hal positif tentang pemerintah Mesir saat ini. Namun apabila terjadi peristiwa demo anti Mursi, di depan istana atau kantor pusat ikhwanul muslimin, mereka terus saja memberitakannya, seolah ini adalah berita besar. Ketika jatuh korban tewas dari anggota ikhwanul Muslimin, mereka sama sekali tidak memberitaknnya," katanya.
Terkait dengan protes anti Mursi, sumber tersebut mengungkapkan kerusuhan didalangi oposisi yang merekrut para tunawisma dan yatim yang tidak terlalu mengerti tentang arah kebijakan Mursi.
"Oposisi memanfaatkan mereka untuk ikut dalam aksi demo, dan bahkan saya mendapatkan info, mereka mendapatkan bayaran untuk itu," yakinnya.
Sumber tersebut mengatakan kerusuhan yang hanya sebagian kecil itu dibesar-besarkan media, sehingga masyarakat di seluruh dunia menganggap Mesir sedang berada di 'ujung revolusi' lagi.
"Mungkin sekitar 10.000 orang yang berdemo ini sangat kecil jika dibandingkan dengan 84 juta warga Mesir yang bukan oposisi dan damai-damai saja," katanya.
Pernyataan itu didukung oleh Penelitian Pusat Media dan Pembelajaran Opini Publik Mesir yang menemukan 62 persen hasil peliputan media mengenai Presiden Mursi itu tidak memiliki standar profesional serta tidak ada landasan objektivitas yang mendasar.
Penelitian menyebutkan, ada sejumlah 176.000 produk pers dan 2.180 jam siaran televisi yang diteliti oleh tim yang ahli dalam pencitraan media. Studi itu mengungkapkan, ada satu pendekatan dominan yang dilakukan media Mesir swasta dalam memberitakan Presiden Mursi, yaitu adanya kebijakan mereka membuat citra negatif presiden melalui saluran tv, situs website dan surat kabar.(mina)
0 comments:
Posting Komentar