Medan, —
Penolakan keterlibatan perusahaan asal israel Ormat dalam kepemilikan saham di
PLTP Sarulla di Tapanuli Utara muncul dari Fraksi PKS DPRD Sumatera Utara.
"Pertama bahwa terkait dengan Israel kita masih punya urusan ya, amanah UUD pembukaan bahwa kita ingin menhilangkan seluruh penjajahan di muka Bumi ini, dalam kenyataanya Israel masih menjajah di Palestina bahkan tidak mengakui Palestina sebagai negara peninjau di PBB," kata Penasehat Fraksi PKS DPRD Sumatera Utara, HM. Nuh ketika dikonfirmasi Aktual.co lewat telepon, Minggu (14/4) di Medan.
Nuh yang juga sebagai anggota di Komisi D DPRD Sumut itu menambahkan bahwa kehadiran salah satu perusahaan dari negara Israel yang masih punya masalah dengan Indonesia dengan ber-investasi adalah masalah serius.
Lebih jauh Nuh meyakini, bahwa Indonesia adalah negara yang masih menarik bagi para investor, apalagi Sarullah yang merupakan sumber panas bumi terbesar di Dunia. Selain Israel, masih banyak lagi negara-negara Investor yang tidak punya masalah dengan Indonesia. Misalnya Amerika Serikat.
"Jadi kita ingatkan pemerintah pusat, karena kita masih punya masalah serius dengan Sarullah. Kita harus tunjukkan karakter identitas negeri kita ini untuk serius memerdekakan berbagai negara di Bumi ini," tegasnya.
Disinggung terjadinya perbedaan pendapat Di Komisi D dan di DPRD Sumatera Utara sendiri terkait Sarulla, dimana ada yang tidak mempersoalkan kehadiran Ormat, Nuh mengamini itu sebuah dinamika demokrasi.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah anggota DPRD Sumatera Utara ketika diminta tanggapannya oleh Aktual.co soal perusahaa asal Israel itu, menyatakan tidak mempersoalkannya, yang terpenting adalah bagaimana menjawab ketersediaan sumber daya energi listrik di Sumatera Utara dapat terjawab.
Menanggapi itu, Nuh mengingatkan berdasarkan pengalaman berbagai negara lain yang bekerjasama dengan Israel, ternyata kerjasama itu tidak menguntungkan.
"Mainnya tidak terbuka, jadi sayang ya, disamping kita punya masalah kenegaraan dengan Israel, juga jangan dirasa hitung-hitungan materil itu saja, karena mereka punya permainan licik," tukasnya.
Untuk itu, Nuh meminta agar lebih mementingkan sikap nasionalis yang masih belum bersahabat dengan negara Israel." Jadi jangan buat masalah lah, kan banyak investor lain," katanya.
Nuh menuturkan, Indonesia juga memiliki lembaga yang mencari Investor seperti Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang dapat diberdayakan mencari investor selain Israel. " Masak gak bisa cari investor untuk Sarulla?," Ujarnya.
Ditanya, apakah salah satu investor yang dimaksud misalnya negara Amerika Serikat? Nuh tak membantahnya.
"Iya bisa saja (Amerika), karena kalaupun ada masalah, itu kebijakan politik, kita paham memang ada perbedaan-perbedaan, tapi kalau dengan Israel ini kan mendasar," jelasnya.
Lebih jauh, Nuh kembali mengingatkan bahwa meski ini adalah porsinya pusat, dalam persoalan ini ada masalah-masalah Ideologi.
"Saya fikir Ini ada masalah-masalah Ideologi ya, yang perlu kita tarik ulur ya, memang ini prosinya porsi pusat, perusahaan besar, kebijakan ada di pusat. Namun kita tetap yakin kok, negeri ini masih menarik bagi investor apalagi terkait potensi panas bumi," katanya.
"Pertama bahwa terkait dengan Israel kita masih punya urusan ya, amanah UUD pembukaan bahwa kita ingin menhilangkan seluruh penjajahan di muka Bumi ini, dalam kenyataanya Israel masih menjajah di Palestina bahkan tidak mengakui Palestina sebagai negara peninjau di PBB," kata Penasehat Fraksi PKS DPRD Sumatera Utara, HM. Nuh ketika dikonfirmasi Aktual.co lewat telepon, Minggu (14/4) di Medan.
Nuh yang juga sebagai anggota di Komisi D DPRD Sumut itu menambahkan bahwa kehadiran salah satu perusahaan dari negara Israel yang masih punya masalah dengan Indonesia dengan ber-investasi adalah masalah serius.
Lebih jauh Nuh meyakini, bahwa Indonesia adalah negara yang masih menarik bagi para investor, apalagi Sarullah yang merupakan sumber panas bumi terbesar di Dunia. Selain Israel, masih banyak lagi negara-negara Investor yang tidak punya masalah dengan Indonesia. Misalnya Amerika Serikat.
"Jadi kita ingatkan pemerintah pusat, karena kita masih punya masalah serius dengan Sarullah. Kita harus tunjukkan karakter identitas negeri kita ini untuk serius memerdekakan berbagai negara di Bumi ini," tegasnya.
Disinggung terjadinya perbedaan pendapat Di Komisi D dan di DPRD Sumatera Utara sendiri terkait Sarulla, dimana ada yang tidak mempersoalkan kehadiran Ormat, Nuh mengamini itu sebuah dinamika demokrasi.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah anggota DPRD Sumatera Utara ketika diminta tanggapannya oleh Aktual.co soal perusahaa asal Israel itu, menyatakan tidak mempersoalkannya, yang terpenting adalah bagaimana menjawab ketersediaan sumber daya energi listrik di Sumatera Utara dapat terjawab.
Menanggapi itu, Nuh mengingatkan berdasarkan pengalaman berbagai negara lain yang bekerjasama dengan Israel, ternyata kerjasama itu tidak menguntungkan.
"Mainnya tidak terbuka, jadi sayang ya, disamping kita punya masalah kenegaraan dengan Israel, juga jangan dirasa hitung-hitungan materil itu saja, karena mereka punya permainan licik," tukasnya.
Untuk itu, Nuh meminta agar lebih mementingkan sikap nasionalis yang masih belum bersahabat dengan negara Israel." Jadi jangan buat masalah lah, kan banyak investor lain," katanya.
Nuh menuturkan, Indonesia juga memiliki lembaga yang mencari Investor seperti Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang dapat diberdayakan mencari investor selain Israel. " Masak gak bisa cari investor untuk Sarulla?," Ujarnya.
Ditanya, apakah salah satu investor yang dimaksud misalnya negara Amerika Serikat? Nuh tak membantahnya.
"Iya bisa saja (Amerika), karena kalaupun ada masalah, itu kebijakan politik, kita paham memang ada perbedaan-perbedaan, tapi kalau dengan Israel ini kan mendasar," jelasnya.
Lebih jauh, Nuh kembali mengingatkan bahwa meski ini adalah porsinya pusat, dalam persoalan ini ada masalah-masalah Ideologi.
"Saya fikir Ini ada masalah-masalah Ideologi ya, yang perlu kita tarik ulur ya, memang ini prosinya porsi pusat, perusahaan besar, kebijakan ada di pusat. Namun kita tetap yakin kok, negeri ini masih menarik bagi investor apalagi terkait potensi panas bumi," katanya.
0 comments:
Posting Komentar