Dalam kesempatan lain, rasul juga pernah menanyakan kepada salah seorang sahabatnya yang belum menikah, dengan alasan tidak memiliki mahar, apakah dia hafal surat Az-Zalzalah? Ketika dijawab bahwa dia hafal, maka rasul menyuruh sahabat tersebut menikah, dengan mahar surat Az-Zalzalah. Ini menunjukkan bahwa surat Az-Zalzalah memiliki keutamaan yang sangat besar, sesuai hadits nabi tersebut di atas. Maka dapat kita pahami, kenapa Imam As-Syahid Hasan Al-Bana ketika menyusun Wadzifah kubra dalam Al-Ma’tsurat, salah satu wiridnya adalah surat Az-Zalzalah.
Pelajaran kedua dari surat Az-Zalzalah adalah makna guncangan yang Allah sebutkan dalam ayat 1 surat tersebut, yang terjemahnya:” Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat” menurut penafsiran Ibnu Katsir, guncangan ini adalah guncangan yang terjadi di hari kiamat nanti, dimana pada saat itu bumi akan diguncangkan dari porosnya/langsung dari pusat sumbunya. Kita bisa bayangkan pada saat gempa terjadi tahun 2004 lalu di Mentawai, NAD dengan kedalaman pusat gempa 10 km saja, efeknya bisa menimbulkan tsunami dengan ketinggian gelombang lebih dari 4 meter. Padahal kedalaman poros bumi masih sangat jauh dari jarak tersebut. Jadi meskipun guncangan yang dimaksud dalam surat tersebut adalah guncangan hari kiamat, tapi sebetulnya terjadinya banyak gempa, bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga buat kita, bahwa betapa dahsyatnya nanti kejadian yang akan dialami pada hari kiamat. Di samping itu, terjadinya banyak gempa. baik tektonik ataupun vulkanik, juga menjadi salah satu tanda dekatnya hari kiamat, seperti yang rasul sampaikan.
Selanjutnya pelajaran ketiga ada pada ayat yang berikutnya, dimana Allah menyampaikan “dan bumi telah mengeluarkan beban berat yang dikandungnya. Apa yang dikeluarkan oleh bumi? Yang dikeluarkan oleh bumi pada saat itu adalah jasad-jasad manusia yang sudah hancur, dan selama ini sudah terkubur di dalam bumi. Jasad-jasad tadi bermunculan seperti jamur yang tumbuh di musim hujan, dan keluar/muncul dalam keadaan yang berbeda-beda. Ada yang keluar dengan muka berseri-seri, ada yang keluar dengan muka yang gelap/hitam. Keadaan yang demikian terkait dengan tingkah laku seseorang pada saat masih di dunia. Selain jasad manusia, bumi juga akan mengeluarkan beban-beban lain, semacam emas perak, dan barang-barang tambang lain. Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa saat bumi mengeluarkan emas perak, berkatalah seorang pembunuh,. Karena sebab inilah (emas perak, dulu saya menjadi pembunuh. Kemudian berkatalah orang yang memutuskan silaturahim, Oleh sebab inilah saya dulu memutuskan hubungan silaturahim. Berkata juga seorang pencuri. Oleh sebab ini pula saya dulu mencuri. Demikian hadits yang dikutip oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Dalam hadits tersebut terlihat betapa manusia pada akhirnya menyadari, dan akan menyesal, bahwa kecintaannya terhadap dunia telah menjadikan dirinya lupa dan buta, sehingga melakukan tindakan-tindakan yang melanggar aturan Allah, yang membuat kecelakaan bagi dirinya di Yaumil akhir nanti. Cinta kepada dunia (penyakit wahn) inilah, penyakit yang banyak menjangkiti umat Islam, seperti pernah disinyalir oleh Rasulullah dalam salah satu hadits, bahwa suatu saat nanti umat Islam akan menjadi rebutan umat lain, seperti hidangan yang diperebutkan. Kemudian para sahabat bertanya. Ya Rasulullah, apakah karena jumlah kita pada waktu itu sedikit? rasul menjawab: bahwa jumlah kalian pada saat itu banyak, akan tetapi kalian terkena penyakit wahn. Sahabat bertanya: apa itu penyakit wahn ya Rasulullah, beliau menjawab: cinta dunia dan takut mati. Sehingga kondisi kalian seperti buih di atas lautan, yang mudah untuk terombang-ambing.
Jika kita cermati kondisi yang pernah menimpa bangsa Indonesia, makna bahwa bumi mengeluarkan beban berat yang dikandungnya, bisa kita hubungkan dengan banyaknya material-material berat yang telah dimuntahkan oleh gunung merapi. Total muntahan lava dan lahar selama erupsi merapi beberapa waktu lalu, tercatat sampai 140 juta kubik, lebih tinggi dari jumlah yang telah dikeluarkan merapi pada erupsi tahun 2006 (sumber republika). Keluaran semua material tersebut, dibarengi dengan keluarnya awan panas, telah banyak memakan korban jiwa. Di sinilah kesadaran kita sampai pada sebuah titik bahwa kekuasaan Allah swt sungguh sangat dahsyat, wallahu ala kulli syain qadir.
Kelanjutan ayat dari surat Az-Zalzalah yang harus kita renungkan dan menjadi pelajaran keempat adalah: “Pada hari itu, bumi menceritakan beritanya.“ Apa yang diceritakan oleh bumi? Bumi akan menceritakan seluruh perbuatan manusia yang menapaki/menempatinya. Bumi akan menjadi saksi. Ya, saksi yang akan hadir dalam pengadilan Allah terhadap manusia di yaumil akhir nanti. Tidak ada sejengkal bumi pun yang pernah kita lalui, yang pernah kita injak, yang pernah kita diami, yang pernah kita lewati, kecuali dia akan menjadi saksi atas apa yang pernah kita lakukan di atasnya. Semakin banyak bumi yang kita injak, semakin banyak yang akan menjadi saksi, apakah kebaikan atau kejahatan yang kita lakukan. Jika selama hidup di dunia kita banyak melakukan kebaikan, maka semakin banyak tempat yang kita lalui, berarti akan semakin banyak saksi yang meringankan kita pada saat pengadilan Allah nanti. Maka renungkanlah dan rasakanlah, setiap jengkal tanah dimana kita menapak di atasnya, sesungguhnya bumi/tanah tersebut tidak ubahnya seperti CCTV yang akan selalu merekam setiap jejak langkah kita.
Yang kelima, apa yang bisa kita ambil pelajaran dari surat Az-Zalzalah adalah firman-NYA yang menegaskan bahwa: “Dan barangsiapa berbuat kebajikan meskipun seberat biji dzarah, maka dia akan mendapat balasannya, dan barangsiapa berbuat kejahatan, meskipun seberat biji dzarah, maka dia juga akan mendapatkan balasannya. Di mata Allah, semua yang dilakukan oleh hambanya, tidak ada yang terluput, tidak ada yang disepelekan, meskipun kelihatannya kecil. Berbeda dengan manusia, kadang manusia suka meremehkan hal-hal yang kecil, mengabaikan dan tidak memberikan penghargaan. Tapi bagi Allah tidak demikian, Sekecil apapun perbuatan yang dilakukan oleh manusia, di hadapan Allah akan ada nilai dan konsekuensinya Jadi jangan pernah menganggap remeh melakukan perbuatan dosa, meskipun kecil, karena tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus. Sebaliknya juga jangan meremehkan melakukan kebaikan meskipun sesuatu yang kelihatannya kecil. Misalnya tersenyum dan bermuka manis kepada teman. Sesuai dengan yang disampaikan Rasulullah saw bahwa “Tabbasumuka fi wajhi akhika laka shadaqah” senyummu untuk saudaramu itu bernilai sedekah. Contoh lain misalnya mengusap dan memeluk anak kita (khususnya yang masih kecil), jika kita lakukan dengan penuh kasih sayang, hal ini akan menjadi bernilai ibadah, dan berdampak positif bagi anak kita. Anak kita akan merasakan kedamaian dan ketenteraman, merasakan kasih sayang yang tulus dari orang tuanya. Pada gilirannya anak yang terbiasa mendapatkan kasih sayang, maka dia akan tumbuh menjadi pribadi yang penuh kasih sayang.
Terkait dengan ayat tersebut, Rasulullah saw pernah berpesan kepada Aisyah ra, “ Wahai Aisyah, selamatkan dirimu dari api neraka, meskipun hanya dengan sebutir kurma”. Mungkin kita bertanya, mungkinkah hanya dengan sebutir kurma kita bisa menyelamatkan diri dari api neraka? jawabannya sangat mungkin. Bukankah jika memang hanya sebutir kurma yang kita miliki, dan barangkali juga itulah satu-satunya yang ada pada kita, maka dengan pengorbanan kita mampu memberikannya pada orang lain yang membutuhkan, berarti kita telah mencoba untuk menjadi seorang yang berlaku itsar. Dan itsar adalah puncak /nilai tertinggi dari ukhuwah. Dan tidaklah seorang saling bersaudara karena Allah, yang diwujudkan dengan memberi, maka Allah menempatkannya di surga, bahkan dengan wajah yang bercahaya, sampai membuat iri para rasul karena cahaya wajahnya yang terang. Maka lakukan selalu kebaikan, meskipun dari sesuatu yang kecil. Sebarkan semangat pada saudaramu, meski ujian banyak menerpa jalan dakwah. Wallahu a’lam
Sumber: http://www.dakwatuna.com
0 comments:
Posting Komentar